Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dalam upaya mencapai target net zero emissions (NZE) pada tahun 2060, salah satunya melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Proyek PLTB Sidrap II di Sulawesi Selatan menjadi tonggak penting, yang diharapkan dapat meniru kesuksesan PLTB Sidrap I yang telah beroperasi sejak 2018 sebagai PLTB komersial pertama di Indonesia. Kesinambungan proyek ini penting untuk meningkatkan kapasitas energi bersih nasional.
PLTB Sidrap I, yang berlokasi di perbukitan Pabbaresseng, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, memiliki kapasitas 75 MW. Dengan 30 unit turbin angin setinggi 80 meter, masing-masing berkapasitas 2,5 MW, PLTB ini mampu menghasilkan listrik untuk sekitar 70.000 rumah tangga di Sulawesi Selatan. Keberadaannya signifikan dalam memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Rencana Pengembangan PLTB Sidrap II dan Potensi Lainnya
Pengembangan PLTB Sidrap II saat ini sedang dalam tahap persiapan lahan, dengan target kapasitas 100 MW. Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) hingga 23% pada tahun 2025. Pembangunan PLTB Sidrap II direncanakan melibatkan 20 unit turbin angin, yang akan semakin memperkuat infrastruktur energi angin di Indonesia.
Selain PLTB Sidrap, Indonesia memiliki potensi energi bayu yang besar di berbagai wilayah. Studi yang dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengidentifikasi potensi sebesar 154,6 GW. Beberapa lokasi dengan potensi signifikan antara lain:
- Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan: 200 MW
- Pulau Selayar, Sulawesi Selatan: 110 MW
- Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat: 100 MW
- Bantul, Yogyakarta: 100 MW
- Sukabumi, Jawa Barat: 100 MW
- Garut, Jawa Barat: 100 MW
- Pandeglang, Banten: 100 MW
Pemerintah berupaya memfasilitasi pengembangan potensi ini dengan dukungan kebijakan dan insentif. Salah satu proyek yang sedang dalam tahap pembangunan adalah PLTB Tolo I di Jeneponto, Sulawesi Selatan, dengan kapasitas 72 MW. Proyek ini akan menambahkan kontribusi signifikan terhadap target EBT nasional.
Tantangan dan Manfaat Energi Angin
Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan PLTB di Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Salah satu isu utama adalah fluktuasi kecepatan angin yang dapat memengaruhi produksi listrik. Solusi yang sedang dieksplorasi termasuk penggunaan sistem penyimpanan energi (Energy Storage System/ESS) dan integrasi dengan sistem kelistrikan yang lebih cerdas untuk menjaga stabilitas pasokan.
Selain itu, kebutuhan akan lahan yang luas untuk pembangunan turbin dan infrastruktur penunjang juga menjadi pertimbangan penting. Proses perizinan dan penerimaan masyarakat lokal memerlukan pendekatan yang cermat dan berkelanjutan untuk memastikan proyek berjalan lancar dan memberikan manfaat optimal bagi semua pihak.
Terlepas dari tantangan tersebut, manfaat pengembangan PLTB sangat besar. Energi angin merupakan sumber energi bersih yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca selama operasi, sehingga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Diversifikasi sumber energi juga meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang harganya fluktuatif.
Secara ekonomi, proyek PLTB dapat menciptakan lapangan kerja lokal, mulai dari tahap konstruksi hingga operasi dan pemeliharaan. Investasi dalam PLTB juga mendorong transfer teknologi dan pengembangan keahlian lokal dalam sektor energi terbarukan. Mengutip pernyataan salah satu sumber:
Pembangkit listrik tenaga angin ini sangat bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat setempat.
Manfaat lainnya termasuk peningkatan akses listrik di daerah terpencil dan peningkatan kualitas udara. Pengembangan PLTB juga sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama dalam penyediaan energi bersih dan terjangkau.
Akselerasi Transisi Energi di Indonesia
Upaya transisi energi di Indonesia tidak hanya terbatas pada PLTB. Pemerintah juga aktif mengembangkan sumber EBT lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan biomassa. Langkah-langkah strategis telah diambil untuk mempercepat pengembangan ini, termasuk penyusunan peta jalan transisi energi dan pemberian insentif investasi.
Fokus pada EBT tidak hanya untuk mencapai target NZE 2060, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Investasi dalam infrastruktur EBT diharapkan dapat menarik lebih banyak pemodal asing dan domestik, menciptakan ekosistem energi yang berkelanjutan, dan mendorong inovasi teknologi.
Peran aktif berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, hingga masyarakat, sangat krusial dalam mewujudkan ambisi transisi energi. Kolaborasi ini diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan dan mengoptimalkan pemanfaatan potensi EBT yang melimpah di Indonesia.
- Pemerintah Indonesia serius dalam transisi energi menuju NZE 2060, dengan PLTB Sidrap II sebagai salah satu proyek strategis.
- PLTB Sidrap I berkapasitas 75 MW, melayani 70.000 rumah tangga, dan menjadi contoh keberhasilan PLTB komersial pertama di Indonesia.
- PLTB Sidrap II yang berkapasitas 100 MW sedang disiapkan untuk memperkuat bauran EBT nasional, menambah potensi energi bayu yang mencapai 154,6 GW.
- Tantangan pengembangan PLTB meliputi fluktuasi angin dan kebutuhan lahan, namun diimbangi dengan manfaat besar bagi lingkungan, ekonomi, dan ketahanan energi.
- Diversifikasi ke PLTS, PLTA, PLTP, dan biomassa, didukung kebijakan serta kolaborasi multi-pihak, menjadi kunci akselerasi transisi energi Indonesia.